A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an pertama kali.
Al-qur’an diturunkan pada
14 abad yang lalu yaitu pada malam 17 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 6
Agustus tahun 610 Masehi, ketika nabi Muhammad bertahanuts di Gua Hiro, maka
datanglah malaikat Jibril membawa sebuah tulisan dan menyuruh nabi Muhammad SAW
untuk membacanya. Katanya “Bacalah”, dengan terperanjat nabi menjawab “aku
tidak dapat membaca” Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril
sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca
sekali lagi “Bacalah” akan tetapi Muhammad SAW masih tetap menjawab “Aku tidak
dapat membaca” begitulah keadaan berulang sampai tiga kali akhirnya Muhammad
SAW berkata “ Apa yang ku baca” kata
Jibril .
Inilah wahyu yang pertama
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad dan ini pula saat
pengangkatan beliau sebagai Nabi dan Rasul Allah yang berarti utusan Allah
kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan Risalah Nya. Pada saat menerima
pengangkatan menjadi Rasul ini umur beliau mencapai 40 tahun .
Setelah menerima wahyu
beliau terus pulang ke rumah dalam keadaan gemetar sehingga meminta istrinya
untuk menyelimuti beliau, setelah keadaan nabi mulai tenang beliau kemudian
menceritakan apa yang telah dialaminya kepada istrinya Khadijah, kemudian mereka merencanakan untuk pergi
kerumah Waraqoh bin Naufal dan
menanyakan apa yang dialaminya kepadanya, dan dicertakannya kepada Waraqoh dan
ia bilang “Qudus..Qudus… Hai Muhammad
anak Saudaraku, itu adalah Rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan
Allah kepada nabi Musa”. Dengan
keterangan itu, nabi pun merasa mendapat keterangan dan penjelasan yang jelas
tentang peristiwa yang dialaminya. Juga khadijah memegang teguh akan
keterangan-keterangan Waraqoh itu dan memang itulah yang dinanti-nanti , selain
itu kabar gembira tentang pengangkatan menjadi Rasul, hingga suatu hati
turunlah wahyu yang kedua yaitu surat Al-Mudatsir 1-7, yang berisi perintah
untuk mulai bekerja dan berjuang menyiarkan agama Allah dan mengajak kaumnya
kepada agama tauhid.
Sejak itulah Alqur’an
diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, seiring
dengan perintah nabi kepada sahabat-sahabatnya untuk menghapalkan Alqur’an dan
menuliskannya dibaatu, kulit binatang, pelepah tamar, dan apa saja yang bisa
dipakai untuk ditulis dan nabi menerangkan bagaimana ayat-ayat itu mesti
disusun dalam suatu surat artinya oleh nabi diterangkan tertib huruf ayat-ayat
itu dan juga nabi mengadakan aturan yaitu Alqur’an sajalah yang boleh
dituliskan selain itu dilarang menuliskannya, termasuk hadits. Hal ini
dilakukan supaya Alqur’an itu terpelihara, tidak bercampur aduk dengan yang
lain, yang juga didengar dari nabi.
Nabi baru wafat setelah Alqur’an
telah cukup diturunkan dan telah dihafal oleh ribuan manusia dan telah
dituliskan semua ayat-ayatnya dalam sesuatu surat yang telah disusun menurut
tertib huruf yang ditunjukkan sendiri oleh nabi.
B. Al-qur’an pada masa Abu Bakar Sidiq (
Masa pengumpulan Shuhuf-shuhuf)
Pada masa Kholifah Abu
Bakar Sidiq terjadi peperangan dan dari peperangan ini telah gugur 70 orang
penghafal Alqur’an begitu juga pada peperangan jaman nabi. Sementara Umar bin
Khottob khawatir akan gugurnya para sahabat penghafal Al-Qur’an yang masih
hidup, maka ia lalu dating kepada Abu
Bakar untuk memuswarahkan pengumpulan Al’qur’an yang bertugas menulisnya ialah
Zaid bin Tsabit.
Dengan demikian Al-Qur’an seluruhnya
telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan
benang, tersusun menurut ayat-ayatnya. Mushhaf ini tetap ditangan Abu Bakar
sampi Beliau meninggal kemudian dipindahkan kerumah Umar Bin Khotob, dan
setelah Umar wafat mushhaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah (istri nabi putri
Umar). Sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an dimasa Kholifah Usman.
C. Masa dibukukannya Al-qur’an
Karena dilatarbelakangi oleh
pertikaian sesame muslim pada masa kholifah Usman tentang perbedaan pembacaan
ayat Al’Qur’an maka Usman membuat
panitia untuk membukukan AlQur’an yakni
terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Said
bin Ash dan Abdurrohman bin Hafidz bin Hisyam.
Dan oleh panitia ini Mushhaf ditulis
5 buah, 4 diantaranya dikirim ke Mekah, Syiria, Bashrah, kuffah agar
ditempat-tempat itu di salin pula dari masing-masing mushhaf itu, dan satu buah
ditinggalkan di Madinah untuk Ustman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan
Mushhaf Al-Imam. Sementara lembaran-lembaran Alqur’an yang dipinjam dari Hafsah
dikembalikan kepadanya.
D. Penambahan Tanda Baca
Mushhaf yang ditulis atas perintah
‘Ustsman itu tiasa berbaris dan tiada bertitik. Karena itu dapat dibaca dengan
salah suatu qiroat yang tujuh. Setelah banyak yang bukan orang Arab masuk ke
dalam islam, mulailah terdapat kecederaan dalam pembacaan. Maka timbulah pada
beberapa ulama perasaan takut bahwa Al’qur’an akan ditimpai
kecederaan-kecederaan itu. Ketika itu Ziyad Ibn Abihi, yang menjadi hulubalang
di Irak, meminta kepada Abdul Aswad Ad Dualy, salah seorang dari ketua-ketua
tabiin, membuat tanda-tanda pembacaan. Abul Aswad lalu member baris huruf
penghabisan dari kalimah saja dengan memakai titik di atas sebagai baris di
atas dan titik di bawah sebagai tanda baris di bawah dan titik disamping sebagai
tanda di depan dan dua titik sebagai tanda baris dua.
System Abu Aswad ini tiada dapat
mencegah kecederaan di dalam pembacaan. Karena itu membedakan satu huruf dengan
yang lain terpaksalah diberi bertitik dan dibariskan kalimah dengan secukupnya.
Usaha member titik huruf Al’Qur’an itu dikerjakan oleh Nashar Ibn Ashim dengan
perintah Al Hajjaj. Urusan memberi baris dikerjakan oleh Khalil Ibn Ahmad.
Al Khalil mengubah system baris Abu
Aswad dengan menjadikan Alif yang dibaringkan di atas huruf tanda baris di atas
dan yang dibawah haraf tanda baris di bawah, dan Waw tanda baris di depan.
Beliau jugalah yang membuat tanda mad (panjang pembacaan) dan tashdid ( tanda
ganda huruf).
Sesudah itu barulah penghafal-penghafal Alqur’an membuat
tanda-tanda ayat, tanda-tanda waqof ( berhenti) dan ibtida (mulai) serta
menerangkan dipangkal-pangkal surat, nama surat dan tempat-tempat turunnya. Di
Mekah atau di Madinah dan menyebut bilangan ayatnya. Menurut riwayat sebagian
tarikh, pekerjaan ini dikerjakan atas kemauan Al Ma’mun. Ada diriwayatkan, bahwa yang mula-mula memberi
titik dan baris, ialah AlHasan Al Bishry dengan suruhan Abdil Malik Ibn Marwan.
Abdil Malik Ibn Marwan memerintahkan kepada Al Hajjaj sewaktu Al Hajjaj berada
di Wasith, lalu Al Hajjaj menyuruh Al Hasan Al Bishry dan Yahya Ibn Ya’mura,
murid Abdul Aswad Ad Dualy. Demikianlah terus menerus raja-raja Islam dan
ulama-ulamanya memperbagus tulisan-tulisan Al-Qur’an, hingga sampailah kepada masa
dicetaknya oleh percetakan pada tahun 1694 M di Hamburg (Jerman)
Tenpunya
Tenpunya
No comments:
Post a Comment